JAKARTA - Nasden saat ini boleh lah lega. Sebab, setelah kurang lebih empat bulan menunggu, dua partai koalisi akhir bulan Januari lalu telah menyatakan secara resmi mendukung Anies menjadi capres. Lengkap sudah syarat yang dipenuhi Koalisi Perubahan untuk nyapres.
Anies Rasyid Baswedan adalah satu-satunya kandidat yang saat ini telah mengantongi tiket untuk maju di kontestasi pilpres 2024. Sementara beberapa nama lain yang muncul, seperti Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo belum ada kepastian untuk mendapatkan tiket nyapres.
Koalisi Gerindra-PKB nampaknya sulit untuk mencapai titik temu. Pasangan Prabowo Subianto-Muhaimin (Cak Imin) secara elektoral lemah. Prabowo tidak ingin memaksakan. Tapi, Cak Imin menguncinya sebagai syarat koalisi. Belakangan, Cak Imin justru menaikkan bergaining tawarnya untuk menjadi capres, sesuai hasil Ijtima' Ulama Nusantara PKB. Pasangan yang ditawarkan PKB adalah Muhaimin-Prabowo. Ini lebih tidak mungkin lagi.
Intinya, Koalisi Gerindra-PKB sulit diwujudkan karena kebutuhan obyektif kedua partai ini tidak ketemu. Di sinilah Koalisi Perubahan (Nasdem, PKS dan Demokrat) punya peluang untuk mengajak PKB bergabung. Apalagi, Koalisi Perubahan mengusung capres yang peluangnya cukup besar untuk menang. Partai mana yang tidak ingin ikut menjadi pemenang di pemilu? Pada akhirnya partai-partai akan merapat kepada calon yang potensial menang, termasuk PKB. Begitu juga dengan Gerindra, tidak menutup kemungkinan ikut bergabung ke Koalisi Perubahan jika Prabowo tidak punya tiket untuk maju. Prabowo bisa menjadi King Maker bersama Surya Paloh, Habib Salim Al-Jufri, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Jusuf Kalla (JK) dan Akbar Tanjung.
Baca juga:
Emmeril Kahn Mumtadz
|
Sementara Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) sampai sekarang belum jelas capresnya. Sepertinya menunggu kapan Ganjar Pranowo dicapreskan oleh PDIP. Jika PDIP kemudian capreskan Puan Maharani, KIB bubar. Bagi PDIP, Ganjar dianggap oposisi partai, mbalelo, dan yang pasti akan menjadi ancaman bagi Puan meneruskan estafet kepemimpinan partai.
Selama ini, istana berupaya memainkan Ganjar untuk bernego, bahkan menekan Megawati, ketum PDIP. Mirip seperti ketika istana memintakan tiket buat Ahok di pilgub DKI 2017. Akankah Megawati luluh atau takut ditekan? Nampaknya tidak. Megawati adalah sosok yang besar di arena pertarungan. Putri Soekarno ini bukan orang yang mudah ditekan.
Beranikah kemudian Ganjar terima KIB dan lawan PDIP? Kecil kemungkinan. Tanpa PDIP, elektabilitas Ganjar akan rontok. Ganjar bukan siapa-siapa tanpa PDIP.
Tanpa Ganjar, kemungkinan besar KIB akan bubar. Kemana dukungan Golkar, PPP dan PAN diarahkan ketika KIB bubar? Ke Anies, Prabowo atau Puan?
Golkar adalah partai yang selama ini selalu masuk koalisi pemerintahan. Golkar tidak punya sejarah oposisi. Golkar akan merapat ke koalisi yang peluang menangnya besar. Apalagi melihat para senior Golkar terutama JK dan Akbar Tanjung yang mendukung Anies. Golkar kemungkinan akan merapat ke Koalisi Perubahan dan ikut mengusung Anies. Bagaimana jika wacana Konggres Luar Biasa (KLB) Golkar terjadi dan Luhut Binsar Panjaitan (LBP) sukses ambil Golkar? Pertarungan pilpres 2024 akan lebih seru.
Bagaimana dengan PAN dan PPP? Gegara tidak mendukung Anies, eletabilitas kedua partai Islam ini kelihatannya semakin rontok. Hanya sekitar 2%. Kalah dari Perindo yang notabene partai baru. Nasib PAN dan PPP terancam jika tidak ikut mengusung Anies.
Tony Rosyid
Jakarta, 10 Januari 2023
Penulis: Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa